Salah satu rahasia kesuksesan Rasulullah Saw adalah terbebas
dari penyakit hubbuddunya atau cinta dunia. Hingga akhir hayatnya,
kemuliaan nama beliau tidak memiliki cacat sedikitpun, karena beliau bersih
dari penyakit hati tersebut.
Rasulullah Saw bersabda,
”Akan terjadi masa di mana umat-umat di luar Islam berkumpul
di samping kalian, wahai umat Islam. Sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang
menyantap hidangan.” Lalu, seorang sahabat bertanya, ”Apakah kami pada saat itu
sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Tidak. Bahkan, ketika itu, jumlah
kalian banyak. Namun, kalian ketika itu bagaikan buih di lautan. Ketika itu,
Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian
dan kalian tertimpa penyakit Wahn.” Sahabat bertanya lagi, ”Wahai Rasulullah,
apa yang engkau maksud dengan Wahn itu?” Rasulullah menjawab, ”Cinta dunia dan
takut mati.” (HR. Abu Dawud).
Hadits di atas menyampaikan kepada kita bahwasanya kecintaan
berlebihan terhadap hal-hal duniawi bisa menjadi penyebab kehancuran seorang
muslim secara khusus dan umat Islam secara umum.
Rasulullah Saw adalah seorang pemimpin yang dihormati dan
disegani berbagai peradaban besar dunia. Namun, beliau sama sekali tidak dikotori
dengan kecintaan pada dunia. Rasulullah Saw adalah seorang pemimpin besar yang
hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah sosok pengusaha yang dititipi limpahan
dunia oleh Allah Swt, namun hal itu tidak membuat beliau diperbudak oleh dunia.
Jika orang sudah mencintai sesuatu, maka dia cenderung akan
diperbudak oleh apa yang dicintainya itu. Misalnya adalah saat kita punya
sandal yang bagus dan mahal, kita akan merasa bangga walau status sandal itu
adalah pinjaman atau kreditan. Setiap kali kita bepergian, pandangan kita
banyak tertuju kepada sandal itu dan sangat khawatir terinjak oleh orang lain.
Ketika memasuki masjid, maka kita akan sangat berhati-hati menyimpannya. Jika
ada penitipan barang, kita pun bersegera menitipkannya karena takut ada yang
mencurinya. Jika tidak ada tempat penitipan, maka kita akan mencari tempat atau
posisi shalat yang berdampingan dengan tempat kita menyimpan sandal, dan
mengenyampingkan shaf paling depan yang masih kosong. Seperti inilah
gambaran seseorang yang diperbudak dunia.
Ciri-Ciri Orang yang Cinta Dunia
Pertama,
seperti rata-rata orang yang jatuh cinta, pecinta dunia pun akan membicarakan
terus-menerus tentang segala apa yang dicintainya kepada orang lain. Topik
pembicaraan dan arah aktifitas yang dilakukannya adalah untuk hal duniawi.
Manakala seseorang senang membicarakan hal-hal yang dicintainya dari pagi
hingga pagi lagi, maka kemungkinan besar penyakit itu telah menggerogoti
hatinya.
Kedua, pecinta
dunia tidak pernah merasa tenang karena dunia telah mencuri hatinya. Perasaan
tidak puas bercampur dengan perasaan was-was. Akhirnya, hidupnya pun ikut
berantakan.
Meski dunia juga lekat dengan kehidupan Rasulullah Saw,
namun hal itu tidak berhasil mencuri hati beliau. Saat Rasulullah Saw memiliki
baju bagus dan ada orang yang menyukainya, maka beliau memberikannya. Beliau
tidak merasa keberatan untuk memberikan apa yang beliau miliki dan beliau
sukai. Beliau punya kuda yang sangat bagus. Jika ada orang lain yang
membutuhkannya, maka beliau akan memberikannya dengan ringan. Beliau tidak
pernah berpikir apalagi berbuat aniaya.
Ketiga, penyakit
cinta dunia akan menimbulkan penyakit-penyakit lain seperti penyakit sombong,
dengki, serakah, dan lain sebagainya. Seorang pecinta dunia tidak akan merasa
puas. Ia tidak akan sanggup menyaksikan orang lain yang memiliki segala sesuatu
melebihi dirinya. Timbul rasa iri dengki di dalam hatinya.
Ia tidak akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mendapatkan kenikmatan atau keberhasilan. Dia menjadi orang yang serakah, tidak
mau berbagi dengan orang lain. Andaikan bisa, maka dunia ini akan dia tempati
sendirian saja.
Orang yang serakah akan stres memikirkan satu ekor domba
yang dimiliki tetangganya. Padahal dia sudah punya 100 ekor domba di kandang di
belakang rumahnya. Hatinya tidak tenang. Ia berpikir keras bagaimana agar satu
ekor domba milik tetangganya itu menjadi miliknya sehingga menggenapi jumlah
dombanya menjadi 100 ekor.
Tidak ada salahnya kita meniru tukang parkir yang memiliki
rumus untuk tidak bersikap sombong dan tidak merasa takut kehilangan sesuatu.
Berapa pun banyaknya kendaraan yang diparkir di tempatnya, tidak dia pandang
sebagai miliknya. Karena dia sadar bahwa semuanya adalah titipan. Dia pun yakin
bahwa kendaraan-kendaraan itu akan diambil kembali oleh para pemiliknya. Dia
merasa hanyalah dititipi sementara oleh pemiliknya. Dia tidak merasa sombong,
padahal di tempatnya ada banyak kendaraan mewah berderet. Saat pemiliknya akan
mengambil kembali kendaraan itu, maka dengan lapang dada dia akan
menyerahkannya.
Segala sesuatu di dunia ini yang kita anggap milik kita,
sebenarnya adalah milik Allah Swt. Dia menitipkannya kepada kita. Allah Swt
pasti akan mengambilnya kembali. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah
mutlak milik Allah Swt. Kita hanya diamanahi untuk mengurusnya.
Semua yang sempat kita miliki di dunia akan kita
pertanggungjawabkan di akhirat nanti di hadapan Allah Swt. Apakah uang yang
sempat kita miliki, kita belanjakan di jalan Allah atau tidak? Apakah selama
kita di dunia menunaikan kewajiban zakat atau tidak? Apakah rumah yang kita
tinggali digunakan untuk kepentingan ibadah ataukah tidak?
Kita tidak perlu merasa hina karena tinggal di rumah yang
sederhana dengan furniture yang tidak bagus. Kita tidak perlu merasa
kecil hati hanya karena memiliki sedikit pakaian dalam lemari kita. Kita tidak
perlu merasa hina karena Islam mengajarkan bahwa kekuatan dan nilai seseorang
tidak diukur pada kekayaan duniawinya, melainkan pada kekayaan hati dan jiwanya
atau ketakwaannya kepada Allah Swt.
Perbedaan Pecinta Allah dan Pecinta Dunia
Jangan sampai kita diperbudak oleh keinginan duniawi semata
yang hanya mengikuti dorongan hawa nafsu. Kita harus memiliki keinginan
terhadap sesuatu yang Allah lebih sukai dan ridhai.
Di situlah letak perbedaan antara pecinta dunia dengan
pecinta Allah Swt. Keduanya memang sama-sama sibuk untuk mengejar apa yang
diinginkannya. Tapi bisa jadi dalam mengejar dunia, pecinta Allah-lah yang
lebih sibuk daripada pecinta dunia. Karena bagi pecinta Allah, setiap hal yang
dilakukannya di dunia adalah ibadah.
Ketika mengejar dunia, seorang pecinta Allah akan sangat
menjaga nilai kemuliaannya sehingga dia mendapatkan dirinya lebih berharga dari
dunianya. Jika dunianya habis, maka tidak akan hilang kemuliaan dari dirinya.
Saat mendapatkan dunianya, seorang pecinta Allah akan mendistribusikannya untuk
kepentingan akhiratnya. Dia akan mendorong orang lain agar sejahtera dengan
kekayaan miliknya.
Sebaliknya, seorang pecinta dunia akan membelanjakan apa
yang dimilikinya sekehendak nafsunya. Ia hanya akan mendahulukan kesenangan dan
tidak peduli sama sekali terhadap orang lain.
Seorang pecinta dunia akan semangat mencari kekayaan namun
tidak berempati apalagi sekedar peduli jika perilakunya merugikan orang lain.
Ia menghalalkan berbagai cara. Kedhaliman yang dia lakukan tidak ia sesali.
Dengan demikian, kedudukan pecinta dunia ini adalah lebih hina daripada
dunianya. Buktinya adalah dia hanya bisa menjadi budak dari dunia yang
dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar