Salah satu pertanyaan dari para
profesional yang paling sering kita dengar adalah yang seperti ini: Bagaimana
sih cara menulis buku yang mudah itu? “Beranilah bermimpi menjadi penulis buku bestseller!”
Sementara lupakan saja soal definisi bestseller. Yang penting,
cita-citakan dulu buku kita akan laris di pasaran, lalu beranikan mental,
niatkan segera, dan mulai sekarang juga dengan menulis apa pun yang menggoda
kita untuk menulis. Saya akan kupas beberapa di antaranya dalam artikel ini.
Pertama: Kalau mau menulis buku bestseller,
cobalah yakin sejak awal bahwa kita semua berpeluang dan mampu melakukan hal
tersebut. Penulis senior atau bahkan penulis pemula sekalipun, semuanya punya
peluang yang sama untuk menggebrak pasar. Kalau sudah punya keyakinan, cobalah
terus memeliharanya, lalu tambahkan dengan semangat yang sungguh-sungguh
dialirkan dalam setiap langkah penulisan nantinya.
Kedua: Miliki perspektif menulis buku itu mudah, yaitu sekadar aktivitas
merangkai huruf, kata, kalimat, paragraf, dan tulisan. Caranya, pandanglah buku
itu hanya sebagai kumpulan bab atau tulisan pendek. Sementara, bab atau tulisan
pendek itu sendiri hanyalah kumpulan dari paragraf (alinea), paragraf itu
sendiri hanya kumpulan dari beberapa kalimat, kalimat hanya kumpulan dari
beberapa kata, dan kata hanyalah kumpulan dari beberapa huruf.
Jadi, kalau kita bisa merangkai
huruf menjadi kata, merangkai kata-kata menjadi kalimat, kemudian membuat
kalimat-kalimat tersebut menjadi paragraf, lalu bisa merangkai sejumlah
paragraf menjadi sebuah tulisan, dan terakhir menulis beberapa artikel atau
tulisan pendek, ya jadilah buku itu. Sesederhana itulah! Makanya, jangan punya persepsi menulis
buku itu sulit.
Ketiga: Pilih tema yang pas dengan mempelajari sejarah sekaligus tren tema-tema
buku bestseller. Menyangkut
sejarah buku bestseller, pasti akan kita temukan tema-tema betseller
yang bisa berulang. Sementara soal tren, pasti efek tarikan atas buku betseller
yang sedang bergaung. Artinya, kalau ada tema buku bestseller sedang moncer
di pasaran, tak menutup kemungkinan tema yang sama juga lagi digemari dan
dicari. Jadi, ini peluang bagi penulis-penulis lain yang tajam penciumannya
atas selera dan tren pasar.
Keempat: Setelah berhasil memilih tema, buatlah outline atau kerangka
tulisan. Untuk apa? Untuk mempercepat proses penulisan dan menata supaya
tulisan tidak melebar ke mana-mana. Outline bisa dibuat berdasarkan cara
atau gaya penulisan kita. Ada yang mampu menulis dengan baik kalau didasari
oleh outline yang detail, tapi ada yang lebih efektif dengan outline
sederhana. Apa pun pilihannya, efektivitas penulisan tetap menjadi pertimbangan
utama. Makanya, bagi yang merasa bisa menulis dengan lebih baik dan cepat tanpa
outline, ya abaikan saja outline ini.
Kelima: Pilih teknik penulisan buku yang paling efektif dan efisien.
Maksudnya? Pilih teknik penulisan yang paling cocok buat kita, paling membuat
kita bersemangat, paling mudah dilakukan, dan tentu saja efisien secara waktu.
Soal teknik ini menjadi krusial sifatnya bila kita sedang mengejar atau
mengikuti tren buku tertentu. Contoh, penulisan buku berbasiskan teknik
wawancara, teknik menulis cepat, dan teknik kompilasi artikel/tulisan pendek
adalah teknik yang paling cocok untuk menyasar tren buku bestseller.
Keenam: Kuasai teknik menulis cepat. Teknik ini didasarkan pada prinsip
bahwa ide-ide dasar dan yang paling orisinal harus segera dituliskan supaya
tidak menguap. Yang terpenting adalah menuliskan gagasan ketika kita sedang
dalam kondisi dibanjiri oleh ide. Soal pengayaan isi dan penyuntingan bisa
dilakukan pada tahapan berikutnya. Contoh aplikasi teknik ini adalah; sekali
duduk atau menulis, selesailah satu tulisan (artikel) atau bab. Sekali
menguasai teknik menulis cepat, masalah penundaan dan kemacetan bisa lebih
mudah dihindari atau diatasi.
Ketujuh: Alirkan gairah, semangat, visi, dan misi dalam setiap tulisan kita.
Salah satu rahasia keberhasilan buku-buku bestseller adalah pada
kemampuannya dalam “berbicara” atau menjalin hubungan emosional dengan para
pembacanya. Buku yang mengesankan adalah buku yang mampu memengaruhi dan
menggerakkan pembacanya dalam beragam cara.
Bagaimana caranya? Ya, selain bisa mengungkapkan
pikiran-pikiran atau ide-idenya, penulis harus mampu mentransfer antusiasme,
keyakinan, visi-visi, dan kejujurannya kepada pembaca. Kalau sudah begini,
tanpa disuruh pun akan ada banyak pembaca yang merekomendasikan buku kita
nantinya.
Kedelapan: Kuasai teknik pengayaan dan penyuntingan naskah, serta sediakan waktu
yang cukup untuk mengolah naskah kita. Naskah yang ditulis dengan cepat
biasanya bolong di sana-sini. Pada tahap penyuntingan dan pengayaan
inilah kita harus bisa mengerjakan PR kita; mengecek kembali sistematika
tulisan, judul bab dan subbab, mengecek ketepatan teori dan pendekatan,
kelengkapan data maupun variasi contoh kasus, pengembangan gaya bahasa populer,
termasuk soal tata bahasa, dll. Pada tahap ini pula kita berkesempatan untuk
meneliti dan merasakan ulang apakah naskah kita sudah cukup “berbicara” kepada
calon pembaca nantinya.
Kesembilan: Pilih judul yang paling pas. Bila perlu, adakan survei dengan
menyodorkan sekurang-kurangnya sepuluh nomine judul. Saya yakin, ada beberapa
judul yang benar-benar memiliki efek sugestif kepada para calon pembacanya.
Silakan pelajari daftar buku laris versi koran-koran atau majalah, pasti mudah
ditemukan judul-judul sejenis itu.
Memang judul bukan faktor yang paling menentukan, tetapi tetap
saja, judul yang pas akan menjadi iklan utama bagi sebuah buku. Buku, sama
halnya dengan produk lainnya, sekalipun bagus isi/kualitasnya bisa saja tidak
dilirik konsumen karena iklan atau judulnya tidak memberikan impresi/kesan
kesan yang bagus.
Kesepuluh: Bekerjasamalah dengan editor atau penerbit. Setelah berusaha
memaksimalkan semua potensi karyanya, setiap penulis harus bekerjasama dengan
editor atau penerbit supaya potensi bestseller naskahnya semakin
maksimal. Para editor dan penerbit berpengalaman biasanya memiliki data,
informasi, atau pengalaman dalam mengolah naskah menjadi buku bestseller.
Di sinilah peran mereka dalam men-dandani naskah kita supaya memiliki
format, tampilan, atau kemasan yang menjual. Kadang mereka membutuhkan ide-ide
orisinal kita, kadang justru kitalah yang harus berkompromi dengan strategi
mereka. Semuanya butuh kerjasama demi hasil maksimal dan menguntungkan kedua
belah pihak.
Nah, apakah dengan menjalankan
langkah-langkah di atas dipastikan bisa menghasilkan buku bestseller?
Saya katakan tidak ada jaminan. Kadang berhasil, kadang juga tidak. Masih
banyak variabel yang memengaruhi dan menentukan. Tetapi kepada setiap penulis
saya selalu katakan, itulah area atau variabel yang bisa kita kontrol dan
maksimalkan potensinya. Setelahnya hanyalah hasil interaksi di pasar. Namun,
saya berani pastikan, menulis buku dengan cara atau strategi seperti di atas
sanggup memberikan pengalaman yang sangat menggairahkan. Selamat menulis buku bestseller!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar