BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Perbincangan, tentang filsafat ilmu dalam khazanah bidang filsafat modern
secara umum telah diletakkan dasar-dasarnya oleh Rene Descartes (Perancis)
dengan metode deduksinya dan Francis Bacon (Inggris) dengan metode
induksinya pada abad ke sembilan belas. Namun baru pada awal abad ke duapuluh
perhatian orang terhadap filsafat ilmu mulai merebak.
Sebagian ahli filsafat berpendapat bahwa perhatian yang
begitu besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu ketika ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terdapat semacam
kekhawatiran dikalangan ilmuwan, filsuf, dan agamawan bahwa kemajuan iptek
tersebut dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam beserta
isinya.
Terutama para filsuf melihat ancaman tersebut muncul
karena pengembangan iptek berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar
filosofisnya seperti landasan ontologis, epistimologis, aksiologis yang
cenderung berjalan sendiri - sendiri. Kehadiran filasat ilmu sebagai upaya
meletakkan kembali peran dan fungsi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
sesuai dengan tujuan semula yaitu demi kebahagiaan umat manusia.
1.2. Rumusan
Masalah
Dalam
pembuatan karya tulis ini dapat penulis
rumuskan sebagai berikut: Relasi Dan Relevansi Antara Ilmu, Filsafat Dan Agama, Epistemologi
dan Kaitannya Dengan Manajemen . Dan masalah yang di bahas dalam
karya tulis ini untuk lebih terarah dan tidak terlalu jauh maka penulis
membatasi masalahnya hanya pada filsafat
dan Ekonomi.
1.3. Maksud dan Tujuan
Dalam karya
tulis ini, penyusun mencoba untuk mengkaji keterkaitan antara
filsafat dan Ekonomo, dengan
menguraikan masing-masing pengertiannya untuk mencapai sebuah kesinambungan
yang sinergi antara filsafat
dan Ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
Relasi Dan Relevansi Antara Ilmu, Filsafat Dan Agama
Manusia ialah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan
untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu: Ilmu, Filsafat dan
Agama. Ketiga cara ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman
manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur,
pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidikinya
(alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran
manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya diuji secara empiris,
riset dan eksperimental.
Filsafat ialah "ilmu istimewa" yang mencoba
menjawab masalahmasalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa,
karena masalah-masalah termaksud di luar atau di atas jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil
daya upaya manusia dengan akal-budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami)
secara radikal dan integral hakikat sarwa-yang-ada:
Agama (pada umumnya) ialah:- satu sistema credo (tata
keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar manusia;-
satu sistema ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak
itu;- satu sistema norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan termaksud di atas.
2.1. Epistemologi
Epistemoiogi adalah filsafat ilmu, maka merupakan sebagian dari filsafat. Sifat
filsafat adalah nalar atau pemikiran. Teori, Metodologi, dan Tehnik adalah ilmu
atau sains itu sendiri. Landasan ilmu atau sains adalah juga nalar, namun titik
beratnya pada empiri: nalar untuk mengungkapkan alam empiri. Mengapa hal
ini perlu secara spesial dibahas? Karena banyak yang tidak dapat membedakan
antara filsafat dan ilmu, khususnya antara epistemologi dan metodologi.
Banyakyang saling campur bila mengajarkan bagaimana meng-kaji secara epistemologis.
Dengan saling campurnya antara epistemologi dan metodologi, maka orang
mengatakan bahwa untuk mengembangkan ilrnu atau sains itu cukup mempelajari
metodologi saja, takperlu epistemologi segala.
Epistemologi: ialah meaning atau makna dari ilmu yang
membentangkan apa dasar-dasar nalar yang diguriakan, apa yang diraihnya, dan apa
keter-batasannya. Sejauh ini, menurut hemat saya, banyak hal fundamental yang
ternyata tidak dapat dipecahkan oleh ilmu Barat sekuler itu. Ilmu Barat sekuler
bersifat peripheral, atau pinggiranpinggiran saja, dan ilmu Barat
terbelah atau terkotak-kotak, yang satu sama lain tidak selalu konsisten. Hal
ini semua berkat landasan pemikirannya yang bersifat rasionalitas kuda
delman itu, atau yang disebut filsafat positivism: the mind reduced to
nature (Ruggiero dalam Martindale,1960). Ilmu Barat sekuler menolak
eksistensi Tuhan yang maha esa. Ilmu Barat sekuler sangat tidak berhasil dalam:
masalah energi, eksploitasi alam, pencemaran alam, penyakitpenyakityang tidak
dapat disembuhkan, resistensi, dan sebagainya.
2.2. Rasionalitas
Banyak pengaruh yang kuat dari artikel Edmund Gettier
1963, “Apakah Pengetahuan dan kepercayaan sebenarnya yang Dibenarkan?” adalah
tergantung pada asumsi, lazim pada waktu itu, bahwa pengetahuan dapat secara
memadai didefinisikan sebagai kepercayaan sejati yang dibenarkan. Gettier
memperkenalkan pasangan contoh-contoh berbeda yang didesain untuk menunjukkan
bahwa definsi tidak memadai, tetapi dia tidak mempertanyakan asumsi bahwa
pembenaran merupakan paling tidak satu dari kebutuhan bahan-bahan pengetahuan.
Bagaimanapun,
respon kedua pada conth-contoh berbeda Gettier adalah untuk berfikir apakah
sesuatu kurang intelektual dari pembenaran yang dipahami secara tradisional
adalah dicocokkan lebih baik dengan pemahaman pengetahuan. Pembenaran
seringkali diasosiasikan dengan keberadaan kita, atau paling tidak secara
potensial mampu menghasilkan, argumen dalam mempertahankan salah satu
kepercayaan, tetapi didalam banyak contoh, sebagai contoh, pengetahuan yang
nampak sederhana, kami nampaknya tidak mampu untuk menawarkan sesuatu yang
menyerupai argumen dalam mempertahankan apa yang kami ketahui.
Teori kausal
dari pengetahuan merupakan upaya awal untuk membangun ruang pengetahuan yang
tidak terpusat pada pembenaran. Menurut teori kausal, pengetahuan memerlukan itu
untuk menyesuaikan hubungan kausal diantara fakta bahwa membuat keyakinan benar
dan orang yang memiliki keyakinan tersebut. Dengan memadai teori kausal
menangani kasus awal yang digambarkan oleh Gettier, tetapi itu menghasilkan
permasalahan-permasalahan lain. Pengetahuan matematika, pengetahuan fakta-fakta
umum, dan pengetahuan masa mendatang adalah secara khusus sulit untuk
mempertanggungjawabkan pendekatan ini. Namun, teori kausal membangunkan minat
banyak ahli epistemologi, sebagian karena teori kausal cocok dengan baik
bersama pandangan umum pada pengetahuan implisit dalam pergerakan epistemologi
yang dinaturalisasikan, menurut pengetahuan yang dipahami lebih baik sebagai
pemunculan “secara alami” dari interaksi kausal kompleks kita dengan lingkungan
kita,. Membutuhkan bahwa kita mampu untuk mempertahankan bahwa yang kami
ketahui adalah untuk mengintelektualisasi konsep pengetahuan pada derajat yang
dapat diterima. Beberapa jenis pengetahuan, terutama, pengetahuan sangat
teoritis, mungkin melibatkan kemampuan kita untuk menghasilkan argumen dalam
mempertahankannya tetapi jenis lain secara khusus tidak.
2.3. Ekonomi dalam Kajian Filsafat
Firman Allah yang menunjukkan tentang prinsip ekonomi
antara lain sbb:
1. Prinsip Ekonomi (Non Islam) Prinsip ekomomi ini
adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola pikir materialisme, yang
menempatkan manusia sebagai segala-galanya, baik secara kolektif atau komunal
maupun individual atau liberal. Tata aturan yang bersangkut paut dengan
kegiatan ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan manusia. Berdasarkan itu ajaran
Tuhan ditolaknya. Prinsip ekonomi inilah yang melandasi ekonomi konvensional
pada kurun waktu sejak dunia Barat mendominasi peradaban. Prinsip ekonomi yang
demikian dinyatakan dalam Al-Qur'an sebagai menyesat kehidupan, yang pada
akhirnya akan melahirkan peradaban yang saling baku hantam dan mencari
kelengahan pihak lain.
2. Prinsip
Ekonomi Islam, Prinsip ekonomi islam yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas
konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya hal yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan Allah dalam Al-Qur'an
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
2.4.
Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam ialah:
1. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang
makmur dan selalu dalam taraf lebih maju, dengan jalan melaksanakan produksi
barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas yang cukup, guna memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani serta kebutuhan spiritual, dalam rangka menumbuhkan
taraf kesejahteraan duniawi maupun ukhrowi secara serasi dan seimbang.
2. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang adil
clan merata, dengan jalan melaksanakan distribusi barang, jasa, kesempatan,
kekuasaan dan pendapatan masyarakat secara jujur dan terarah dan selalu
meningkatkan taraf keadilan dan pemerataannya.
3. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat yang stabil
dengan jalan menghindarkan gangguan-gangguan mflasi dan depresi ataupun
stagnasi, namun tiff. menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, dengan
jalan mengendalikan tingkah laku masyarakat yang membawa ke arah kegoncangan
ekonomi.
4. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang serasi, bersatu,
damai, dan maju, dalam suasana kekeluargaan sesama ummat, dengan jalan
menghilangkan nafsu untuk menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah
terhadap gejala-gejala yang negatif.
5. Mewujudkan kehidup an ekonomi yang relatif menjamin
kemerdekaan, balk dalam memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem dan
organisasi produksi, maupun memihh sistem distribusi, sehingga tingkat
partisipasi masyarakat dapat dikerahkan secara maksirnal, dengan meruadakan
penguasaan berlebih dari sekelompok masyarakat ekonomi, serta menumbuhkan
sikap-sikap kebersamaan (solidaritas).
6. MewuJudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan
kerusakan di bumi, sehmgga kelestarian dapat dijaga sebaikbaiknya, baik alam
fisik, kultural, sosial maupun spuztual keagamaan.
7. Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang
relatif mandiri tanpa adanya ketergantungan yang berlebihan dari
kelompok-kelompok masyarakat lain.
2.5.
Epistemologi Dalam Ekonomi
Sesungguhnya pengabaian atas perkiraan relatif
(estimate) untuk menyatakan pengetahuan itu benar adanya, sebaliknya juga
dengan estimasi, kebenaran akan suatu pengetahuan dapat di perdebatkan atau di
permasalahkan. contoh diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa perekonomian
amerika didorong oleh aspek jasa, dan aspek-aspek lain yang juga turut membuat
ekonomi amerika kokoh. Lihat jumlah penduduk amerika, produksi per sektor
amerika, dan pola konsumsi orang-orang amerika yang instan dan konsumtif.
Pertanyaannya adalah, dari mana orang-orang amerika dapat hidup seimbang dengan
ketimbangan yang setaraf, sebagaimana yang telah kita bahas di depan bahwa
kepercayaan atas keyakinan belum tentu benar oleh karena presisi yang
berbeda–beda juga turut dalam proses pengambilan keputusan suatu
permasalahan.
Akan tetapi grafik ekonomi tidak pernah terukur dan
terarah secara vertikal dan horisontal, akan tetapi naik dan bergeser begitu
juga turun dan bergeser membentuk tanda
kali lalu kemudian berjalan mengikuti perhitungan yang bergeser secara terus
menerus. Dengan demikian maka, dapat di simpulkan sementara bahwasanya pergerekan ekonomi akan terus bergeser
mendekati kesetimbangan antara apa yang diharapkan dan apa yang menjadi nyata
(realibilitas). Olehnya itu, suatu saat dan mungkin kini perekonomian amerika
yang kokoh itu akan dan mulai tergoyang secara perlahan laksana angin yang
meniup pohon yang semakin besar, baik batangnya. Akarnya, cabang-cabangnya,
dahannya, dan daun-daunnya. Walaupun berdiri kokoh namun pohon itu sudah lama
dan umurnya sudah tua termakan usia, belum lagi akar-akarnya mulai keras dan
kering, begitu juga batang dan daunnya dan bukan menjadi mustahil kalau suatu
saat pohon itu akan roboh bukan satu persatu melainkan roboh secara total. Oleh
karena diperlukan langkah-langkah penanganan yang kontinyu, dengan melakukan reboisasi
sehingga persoalan yang menimbulkan perdebatan yang secara tak pasti tadi dapat
terealisasi walau suatu saat permasalahan itu akan muncul kembali.
2.6. Epistemologi
dan Kaitannya Dengan Manajemen
Sebagaimana
contoh yang kita bahas diatas, saat ini Indonesia telah melewati fase krisis
moneter dan krisis politik Reformasi yang kebablasan. Dalam beberapa tahun
terakhir Indonesia berhasil dengan Swa sembada beras dan lain sebagainya. Akan
tetapi setelah krisis ditahun 2007-2008 Indonesia porak-poranda dan akhirnya
mengalami degradasi karena terlambat penanganan atau advisor oleh para pakar
terutama pakar
dalam bidang manajemen, pengambil kebijakan,
dan lain sebagainya yang juga turut bertanggung jawab dalam memberikan
masukan kepada presiden dan juga wakil rakyat DPR. Manajemen memliki peranan
penting dalam perubahan. Perubahan apapun di bangsa ini sangat ditentukan oleh
peranan manajemen disegala bidang, karena manajemen memiliki daya respons yang
kepekaannya menjangkau semua bidang. Dengan demikian maka kita boleh mengatakan
”sejarah adalah sebuah proses yang terjadi secara berulang-ulang”.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebenaran dan keyakinan suatu pengetahuan yang berbeda
akan melahirkan persepsi yang beragam pula. Dengan persepsi yang beragam pula
akan semakin sulit bagi organisasi untuk menyimpulkannya, akan tetapi dengan
terus mempertanyakan dan mengkaji sebab-musababnya maka bukan tidak mungkin
kita akan menemukan kebenaran walau masih Relatif, akan tetapi dengan mendekati
taraf keyakinan suatu masalah yang diperdebatkan tersebut menjadi semakin baik.
Dengan demikian tidak
ada kebenaran yang mutlak, melainkan pengecualian karena keterbatasan kita
sebagai manusia biasa, yang tidak memiliki kesempurnaan secara hakiki. Yang
olehnya itu, pengetahuan atas kebenaran yang diyakini merupakan sesuatu yang
yang tak bisa di identikkan untuk menjadi supply and demand di dalam menentukan
suatu harga, melainkan menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa kita.
3.2.
Saran-Saran
Dalam
karya tulis ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam
pembuatan karya tulis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya.
Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh mana pembaca mempelajari tentang
filsafat pengetahuan dan kaitanya
dengan ilmu ekonomi.Semoga dengan karya
tulis ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu Pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar